saya membaca surat pembaca di majalah classic rock yang mengritik pernyataan joe elliot dari def leppard tentang materi konser mutakhir mereka. dalam wawancara dengan majalah terbitan inggris itu, elliot berkata bahwa mereka “akan memainkan hanya satu atau dua lagu dari album terbaru, (sebab) orang-orang ingin mendengarkan hysteria“. menurut pembaca bernama alex itu, jika demikian halnya, buat apa menginvestasikan banyak uang untuk sebuah album baru kalau akhirnya mengabaikannya dan hanya memenuhi favorit penonton?
saya kira alex, yang mengaku tadinya adalah penggemar berat leppard, punya dasar di situ. ya, mengapa berletih-letih di studio (dengan kemungkinan bertengkar di antara anggota band) dan membuang uang untuk sebuah album baru jika sebuah band memilih mengabaikannya dalam konser mereka? bukankah konser mestinya justru sarana terbaik untuk mempromosikan album baru itu, seperti halnya dulu, pada 1970-an, dilakukan oleh band-band seperti pink floyd, genesis, yes, dan lain-lain. pink floyd, setahu saya, bahkan kerap memainkan lagu-lagu yang justru masih dalam proses penyempurnaan sebelum akhirnya direkam di studio.
tetapi, sebenarnya, bukan berarti tabu besar memasukkan materi lagu-lagu dari masa lalu, terutama yang tergolong hit. dalam rangkaian tur mestinya bisa dilihat siapa yang menjadi audiens. ada kalanya masuk di dalam jadwal tempat-tempat baru. inilah yang masih layak diperlakukan sebagai “penonton yang ingin mendengarkan favorit mereka”. sebuah band, karenanya, boleh saja mengisi daftar lagu-lagunya dalam konser di tempat seperti itu dengan lebih banyak materi dari masa lalu.
untuk tempat-tempat yang sudah berulang kali dikunjungi, apa yang dilakukan oleh iron maiden, misalnya, patut diteladani. ketika baru saja merilis a matter of life and death, sebuah album yang sungguh menendang dan layak menjadi salah satu masterpiece mereka, steve harris dan kawan-kawan dengan percaya diri memilih tak bergantung pada katalog lama.
memang, masalahnya adalah kalau sebuah band gagal menghasilkan album baru yang bagus. band-band lama berpeluang lebih besar untuk melakukan hal ini. dalam kasus leppard, mungkin saja mereka merasa demikian –walaupun bisa saja penggemarnya berpendapat sebaliknya.
DEf Leppard ini sepertinya sudah impoten… album terbarunya menurut saya sangat biasa sekali. Tidak menemukan sesuatu yang menonjol. Mungkin lagu “love” saja yang menurut saya sangat “Indonesian sound” hehehehe
halo mas datyo…
wah, mengecewakan, ya? saya memang belum dengar. beberapa sempat lihat cd-nya, versi lokal. tapi karena di covernya ada bendera merah putih yang gede itu, saya males beli. ada yang impor, tapi saya lebih memilih cd lain.
nanti kalau ada teman yang punya, saya mau coba minta dicopykan.
salam