malam ini saya mencoba menyebarkan virus progressive rock di kantor. saya pilih memutar dvd pulse (pink floyd). tapi sukses memang jauh di mata….
saya tahu hal itu pasti terjadi. maklum, di kantor saya, sejauh yang saya tahu, tak banyak orang yang mendengarkan musik rock yang serius. rock 1970-an? apalagi. hitungan jari tangan tak akan menghabiskan sebelah tangan. ya, begitulah. rasanya asing, memang, berada di suatu lingkungan yang tiap hari saya mesti hadir, tapi sangat sedikit orang yang punya minat sama. tapi bukankah saya tak sendirian?
saya mengetes minat terhadap dvd pulse itu melalui mailing list internal. dalam email yang saya posting kemarin, saya antara lain menulis: “ada yang berminatkah kalau bioskop velbak, yang sudah lamaaaaa sekali vakum, memutar pulse, rekaman konser legendaris pink floyd di earls court, london? pink floyd memang band jadul, sih. tapi konser tahun 1994 ini pantas masuk daftar konser terbaik sepanjang masa….” yang jelas-jelas menyatakan minat ada dua orang; dua orang yang lain merespons langsung kepada saya.
seandainya yang hendak memutar tontontan itu bioskop 21 (bioskop beneran!), pastilah acara itu dibatalkan. saya ingat pengalaman pada suatu malam di salah satu studio 21 di jakarta selatan: saya sudah jauh-jauh datang, membeli tiket, tapi pertunjukan dibatalkan karena, sampai waktu yang dijadwalkan, calon penonton kurang dari lima orang.
karena bioskop velbak –nama yang dipilih sekenanya; kebetulan lokasi kantor berada di velbak, jakarta selatan –cuma ajang di kantor untuk sesekali memutar film, tentu tak punya batas minimal penonton. dan memang tak perlu. lagipula, berhubung yang mau saya putar adalah konser pink floyd, saya ingat roger waters. bukankah dia menyanyikan the show must go on dalam album the wall? tak mau kalah dari waters, saya maju saja: pertunjukan tetap berlangsung. sebagai jalan terakhir, saya minta petugas di meja resepsionis mengumumkannya melalui loudspeaker.
begitulah adanya. yang benar-benar datang, seluruhnya, tetap empat orang. selama film diputar, mereka keluar masuk, karena sambil mengawasi pekerjaan. yang lain? di layar televisi ada tayangan pertandingan semifinal thomas cup antara indonesia dan korea selatan. berat juga saingannya.
tetapi benarkah? mungkin lain kali mesti dicoba lagi.
Karena “nawaitu”nya udah benar: meratjoeni .. maka tidak boleh putus asa … Patah satu tumbuh seribu .. gagal satu, seribu kali perlu dicoba dengan istiqomah mas …. ha ha ha ha …
Salam,
G
hahaha…
jelas! percobaan akan terus dilakukan. mungkin setelah ini akan saya putar “growing up live”-nya peter gabriel. ‘kan ini konser termasyuk dahsyat, terutama visualisasinya yang begitu teatrikal.
coba kalau muter pulse nya di tempat saya mas..hahaha….
salam….
halo…
salam kenal.
wah, penggemar pf juga. 🙂
hello…..salam kenal…..
sama nih suka pf/prog jg, dikantorku jg awalnya cuma aku sendirian…..ee ternyata ada temennya.
pink floyd emang terdengar aneh bagi sebagian orang… begitu kelam dan suram…
shine on you crazy diamond….
halo, mas. salam kenal.
betul, lebih banyak orang yang sulit bisa menikmati pf.
jadi, bagaimana ceritanya bisa suka pf? 🙂