saya besar dengan kaset. zaman itu masih kaset bajakan. tapi saya, juga kebanyakan penggemar musik, mana tahu. yang saya, juga mereka, paham betul adalah harganya relatif terjangkau dan orang bisa mendapatkan musik jenis apa pun, album apa saja. hebat, ‘kan? sekarang, misalnya, mana ada kaset atau cd pressing lokal dari musisi atau band seperti kenny wayne shepherd atau joe bonamassa dan the flower kings atau circus maximus?
dulu saya bisa menyisihkan uang jajan untuk rutin mengunjungi toko kaset. malah ada masanya ketika uang rp 1.000 bisa digunakan untuk memperoleh tiga keping kaset. ini mungkin gila. tapi, begitulah, harga identik dengan kualitas juga. sejauh ini, yang bisa saya ingat dan sudah buktikan, kaset yang berkualitas dari masa itu berdaya tahan luar biasa. saya menyimpan beberapa yang sampai saat ini masih bersuara jernih –treble-nya crispy, basnya seempuk sofa italia.
sebenarnya kualitas bunyi itu bukan yang saya benar-benar cari. di rumah lumayanlah ada stereo set yang tidak buruk, walau juga tidak yang berkategori high-end atau untuk kaum audiophile. tapi buat saya yang penting waktu itu adalah isi kasetnya. mendengar isinya sama artinya dengan pengetahuan dan pengalaman. jadi, dengan itu, kepustakaan album-album yang pernah ada di kepala saya terus bertambah.
saya tak pernah membeli piringan hitam. walau begitu, saya pernah mendengarkan musik dari media ini. dan karena itu, saya bisa mengatakan fantastis. sedangkan cd, ini terhitung baru buat saya.
saya rutin belanja cd boleh dibilang belum lama. seperti siapa pun yang mendapatkan barang baru, saya excited ketika mendapatkan cd saya yang pertama. saya bayangkan di dalam media penyimpan yang canggih itu ada musik yang suaranya pasti menakjubkan. tapi lagi-lagi karena saya hanya punya pemutar yang biasa saja, saya tak pernah benar-benar bisa merasakan atau membuktikan dugaan saya itu. yang jelas saya bisa dengarkan setiap hari adalah musik-musik elok yang bisa menggetarkan perasaan, dengan volume kencang maupun pelan.
belakangan ini saya juga mendengarkan musik dalam format mp3 –atau wma. teknisnya, format ini merupakan kompresi atau pemampatan dari format aslinya (dari cd), dalam ukuran sampai 1/10 ukuran aslinya. untuk bisa mendapatkan ukuran itu ada banyak frekuensi yang terpaksa dihilangkan, kebanyakan yang berada di luar jangkauan telinga manusia atau yang tak bakal muncul di pemutar yang biasa-biasa saja. pilihan saya, minimal bitrate-nya (atau banyaknya data atau informasi yang diproses) adalah 192 kbs/detik. di pemutar saya suara yang bisa saya dengar tak ada bedanya dengan cd.
format mp3 –juga format kompresi lainnya –menjadikan kebiasaan saya dalam mendengarkan musik lebih praktis. saya tak perlu membawa-bawa cd (yang pasti bisa lebih dari satu). saya bisa menguburkan keinginan membeli cd changer; lagipula, buat apa jika kapasitas cd yang bisa diumpankan di dalamnya jauuuuuh lebih sedikit ketimbang jumlah album yang bisa saya simpan di hard disk atau flash disk sekalipun? saya juga bisa mendengarkan musik di tengah-tengah kerumunan orang di mal, di ruang tunggu bandara, bahkan di kakus jika mau hanya dengan menenteng ipod shuffle.
tetapi jika ditanya apakah saya siap meninggalkan cd, saya akan jawab tidak. sama halnya dengan kaset, saya sesekali masih membeli kaset sampai saat ini, terutama untuk album-album yang saya merasa cukup hanya punya kasetnya saja, untuk sekadar tahu musiknya. kalaupun saya terbiasa membeli piringan hitam, jawaban yang sama akan berikan. wujud fisik, buat saya, tak tergantikan. pengalamannya pastilah berbeda dengan mempunyai lagu atau album yang hanya ada berkas digitalnya, tanpa kemasan berupa jewel case, digipak, atau slipcase. belum lagi sampul yang berhiaskan art work yang keren, juga daftar lagu dan catatan-catatan tertulis di dalamnya.
dan yang tak kalah pentingnya kemasan adalah kesatuan yang integral: inilah yang memungkinkan pemusik membuat karya yang bukan semata kumpulan lagu, seperti halnya kompilasi lagu-lagu hit, tapi juga sebuah konsep –terlepas dari apakah konsep itu memang berupa suatu cerita utuh atau hanya, ya, tema saja.
karena itu, saya tak peduli apakah kelak orang hanya bisa membeli cd sebagai barang koleksi, barang untuk para kolektor. saya yakin cd, atau format yang memungkinkan untuk memproduksi konsep atau tema, akan tetap ada. saya yakin saya tak sendirian.
Suka sekali saya dengan tulisan ini. Cerita nya PAS banget dengan saya. he he he …
Saya masih punya kaset seribu tiga yang saya beli tahun 1975 dan sampe sekarang suaranya TOP MARKOTOP treble ndak ilang dan stabil gak mbliyut blaszzzz …
KANSAS “The Best of” rekaman ROVER (pasti ini dicopy dari kaset lain rekaman Perina karena desiz nya edhun!) …
Salam,
G
ya, mas, mungkin memang rekaman dari kaset lain tuh yang seribu tiga. 🙂
Hehehe. Ini menarik. Sekalian izin ditulis di tempat lain yak?
Sy juga yakin, masih akan ada konsumen yg bertipe spt kita2 ini. Gak bisa nggak mesti “maen fisik”. Ya cangkangnya, kemasannya, cover, list pemain, lirik dll. Bahkan baunya pun perlu.
Mgkin ini spt penggemar burung. Berapa banyak kaset/cd suara aneka burung. Tp toh ada aja yg tetap berburu ke pasar manuk. Malah ada tetangga yg ke pasar manuk hanya krn kangen bau telek manuk. Ada lagi, sekalipun burungnya lagi mbrodol & gak bunyi, tp udah seneng ngliatin burungnya mandi. Hal2 yg gini2 ini gak bisa diperoleh lewat kaset/cd suara burung.
Sy masih ingat, dulu, beli kaset nazareth “hair of dogs” di surabaya. Sepanjang jalan, krn waktu itu tape mobil masih barang mewah, maka kaset itu cuma bisa sy pegangin, dilihat2 sampulnya, diciumi baunya, dipegang2 lagi dst sampai yk baru bisa distel.
Sy juga masih ada kaset yg sy beli 1975an. Granfunk the best. Mark, Don, Mel. Perina ijo. Tp suara basnya dah ilang. Ada juga Nazareth, yang ada Shanghai shanghai (?). Kaset ini lebih gendeng lagi. Krn kovernya pakai gambarnya simon & garfunkel.
betul. analogi pasar manuknya pas banget. rasanya saya masih belum bisa lupa aroma cover kaset zaman dulu.
ya, itulah. we grew up with all those things dan ndak akan gampang diubah dengan kebiasaan baru.
siapa yang punya album barong’s band (cuma ada 2), spt kawin lari
di share dong? atau saya beli deh… please help
wah, sayangnya saya tak punya, tuh. tapi mungkin bisa dicoba tanya ke sini: http://gatottriyono.multiply.com/
Saya ingat apa yang pernah dikatakan nakamichi beberapa tahun lalu. Bahwa memang benar, suara cd bersih dan bening, tapi tidak ada jiwanya. Maka saya setuju, bahwa kaset, dari segi kekayaan musikalitas, tetap lebih bagus dari cd. Itu kalau kita tidak belum punya piringan hitam. Sebab, bagi saya urutannya adalah, piringan hitam, kaset, lalu cd… Saya juga punya koleksi kaset sejak tahun 70-an (kebetulan saya penggemar musik rock dan blues). Suaranya? Bisalah diadu dengan cd…
terima kasih untuk kunjungan dan komentarnya, pak.
betul, kaset-kaset dari periode itu memang bagus (tentu saja yang memang bagus proses perekamannya). saya masih suka memutar kaset-kaset produksi yess yang kebetulan masih saya simpan (sayangnya tidak banyak).
wah, senang juga ketemu penggemar blues. saya juga suka, meski terus terang koleksi saya belum banyak.
buat kunag-kunang
aku punya hobby dengerin audio/musik, tapi kualitas recording sekarang kurang bagus, menurutku file dari CD yang terkompress ke format mp3 efek live atau musikalitasnya jadi hilang, betul gak menurut anda??
aku pernah punya kaset dan cd penyanyi dan album sama, aku share musikalitasnya bagus yang rekaman kaset, kejernihan bagus CD, bagiku paling baik dan berkarakter analog/live adalah yang dari piringan hitam
setuju, mas. kaset, apalagi yang produksi periode 1970-an, jauh lebih bagus daripada yang sekarang. saya kebetulan masih punya beberapa, keluaran yess (bandung). ada juga teman yang masih punya banyak.
cd, terutama yang baru dan masuk mainstream, banyak yang diproses sedemikian sehingga hasilnya adalah suara yang kencang, tanpa dinamika (beda antara frekuensi terendah dan tertinggi). di telinga sama sekali tak nyaman ini.
yang terbaik sih memang piringan hitam.
bagi penggemar piringan hitam apabila turntablenya rusak / settingnya (timbangan jarum,dll) salah kami menerima servis segala merek turntable
Bila berminat hubungi : 08123110100 ( Hidayat )
http://cri-cam.blogspot.com
senang baca ini.rupanya banyak kawan di luar saana yg msh setia dg kasettape.meilhat fisiknya scra nyata n sampul album.credi tittle.ucapan thanks to.memamng memberikan niansa yg sangat brbeda n membahagiakan.koleksi saya sktr 200an kaset.mulai thn 60an s.d. 2000an